Wednesday, December 1, 2010

KHASIAT TUMBUHAN SARANG SEMUT


RISET ILMIAH TUMBUHAN SARANG SEMUT

Oleh Trubus

Hasil diagnosis dokter Samuel menyebutkan, Mona Pangkey mengidap tumor akibat kelainan kelenjar. Kabar itu terasa menyakitkan bagi ibu satu anak itu. Resep dari dokter segera ia tukarkan di apotek lantaran hasrat untuk sembuh begitu besar. Sayang, impian sembuh bagai fatamorgana yang sulit direngkuh. Setahun mengkonsumsi obat-obatan yang disarankan dokter, penyakit maut itu masih bercokol. Itulah sebabnya, Mona melirik pengobatan herbal.

Namun, jalan penyembuhan itu pun tak memberi banyak harapan. Sakitnya tak kunjung membaik. Saya sangat khawatir dan gelisah karena saya sudah berkeluarga dan mempunyai seorang anak kecil, katanya. Kegelisahannya memuncak tatkala tumor itu meranum, lalu pecah. Nanah dan darah mengalir deras dari luka itu. Ia merasakan nyeri yang sangat sehingga selama 3 pekan beristirahat.

Meski demikian harapan untuk sembuh tak pernah putus. Ketika suaminya membawa serbuk sarang semut dari teman sejawat, harapan itu meletup-letup. Maklum, di kemasan memang tertulis, sarang semut antara lain mampu mengatasi tumor dan kanker. Hari itu, pada pertengahan 2005, mulailah Mona Pangkey meminum rebusan serbuk sarang semut.

Yang disebut sarang semut bukan sarang yang dibuat oleh semut dan menggelantung di pohon-pohon. Sarang semut nama sekelompok tumbuhan epifit yang menempel di pohon. Kelompok tumbuhan itu terdiri atas 2 genus Myrmecodia dan Hydnophytum dengan belasan spesies. Umbi kedua jenis tumbuhan anggota famili Rubiaceae itu menggelembung dipenuhi duri tajam. Di dalam umbi itulah terdapat labirin-labirin yang dihuni oleh semut dan cendawan.

Daging umbi tanaman itulah yang diris tipis-tipis, dijemur, dan dikemas dalam plastik transparan. Ramuan itu disodorkan kepada Mona Pangkey oleh sang suami. Setiap hari ia 3 kali minum rebusan sarang semut masing-masing segelas. Sebulan berselang, benjolan di leher hilang sama sekali bersamaan dengan mengeringnya luka dan lenyapnya sakit saat mengunyah.

Mona penasaran dengan kejadian itu. Pada September 2005 ia memeriksakan diri ke dokter yang dulu menyarankan untuk mengoperasi tumornya. Dokter terheran-heran saya sudah sembuh. Lalu dokter menanyakan apakah saya minum obat lain? Karena katanya selama ini pasien-pasiennya penyakit yang sama, tidak pernah bisa sembuh secepat yang saya alami, paparnya.

Terbukti

Secara empiris sarang semut tak hanya tokcer menyembuhkan tumor atau kanker. Penyakit-penyakit lain yang berhasil diatasi oleh kerabat kacapiring itu antara lain bronkitis, diabetes mellitus, hipertensi, jantung koroner, dan stroke (baca: Sang Penambal Jantung Bocor, halaman 16- 17). Oleh karena itu kini banyak pasien menyandarkan harapan kesembuhan pada sarang semut seperti dialami Mona Pangkey.

Kesembuhan Mona Pangkey bukan sekadar kebetulan belaka. Para peneliti negeri jiran membuktikannya melalui serangkai riset ilmiah. Dalam uji in vitro, anggota famili Rubiaceae itu terbukti tokcer mengatasi sel kanker. Yang membuktikan keampuhan itu adalah Qui Kim Tran dari University National of Hochiminch City dan koleganya seperti Yasuhiro Tezuka, Yuko Harimaya, dan Arjun Hari Banskota. Ketiga orang sejawat Qui itu bekerja di Toyama Medical and Pharmaceutical University.

Qui Kim Tran mengambil by ki nam-sebutan sarang semut di Vietnam-dari Tinh Bien, Provinsi Angiang dan Provinsi Lamdong. Di negeri lumbung beras itu sarang semut secara tradisional dimanfaatkan untuk mengatasi beragam penyakit seperti diare, hepatitis, keputihan, malaria, dan rematik.

Tumbuhan berbobot 2-3 kg itu kemudian diekstrak dengan berbagai pelarut seperti air, methanol, dan campuran methanol-air. Mereka lantas menumbuhkan 3 sel kanker yang amat metastesis alias mudah menyebar ke bagian tubuh lain seperti kanker serviks, kanker paru, dan kanker usus.

Masing-masing hasil ekstraksi itu lalu diberikan kepada setiap sel kanker. Hasilnya menakjubkan, sarang semut mempunyai aktivitas antiproliferasi. Dalam dunia kedokteran, proliferasi berarti pertumbuhan sel yang amat cepat dan abnormal. Kanker memang berarti pertumbuhan sel yang cepat dan tak terkendali. Antiproliferasi berarti menghambat proses perbanyakan sel itu, papar dr Willy Japaries MARS, dokter alumnus Universitas Indonesia.

Seperti dikutip Biology Pharmaceutical Bulletin, periset itu menuturkan, Seluruh ekstrak sarang semut menekan proliferasi sel tumor manusia. Dalam uji itu terbukti tingkat efektivitas EC50 mencapai 9,97 mg/ml pada ekstrak methanol. Artinya hanya dengan dosis kecil, 9,97 mg/ml, ekstrak sarang semut mampu menekan 50% laju pertumbuhan sel kanker. Sedangkan EC50 pada ekstrak air 22,3 mg/ml; campuran methanol-air, 11,3 mg/ml. Riset itu seperti meneguhkan pengalaman empiris banyak orang yang sembuh dari kanker. Menurut Hendro Saputro, produsen sarang semut di Wamena, Papua, secara empiris sarang semut mampu mengatasi beragam jenis kanker, selain kanker nasofaring.

Flavonoid

Menurut Prof Dr Sumali Wiryowidagdo, guru besar Jurusan Farmasi Universitas Indonesia, tanaman epifit seperti sarang semut memang potensial sebagai obat. Jika tanaman hidup bersimbiosis dengan tanaman lain, kaya metabolit sekunder. Ada yang berasal dari tanaman inang maupun epifit itu sendiri, ujar Sumali. Semua makhluk memiliki metabolit primer yang sangat dibutuhkan antara lain karbohidrat, protein, lemak, dan asam lemak. Sedangkan metabolit sekunder seperti alkaloid, terpenoid, steroid, dan glikosida tak mutlak ada.

Senyawa aktif apa yang terkandung dalam sarang semut? Uji penapisan yang dilakukan oleh Dr Muhammad Ahkam Subroto dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi membuktikan, sarang semut mengandung flavonoid dan tanin. Dengan ditemukannya senyawa flavonoid dan tanin, sarang semut sangat berpotensi menjadi fitofarmaka setelah melewati serangkaian uji, ujar Prof Dr Sidik, guru besar Farmakologi Universitas Padjadjaran.

Bagi tubuh, flavonoid berfungsi sebagai antioksidan sehingga ampuh mencegah sekaligus mengatasi serangan kanker. Mekanisme kerja flavonoid dalam mengatasi kanker dengan menginaktifasi karsinogen, penghambatan siklus sel, dan induksi apoptosis. Sumali Wiryowidagdo, mengingatkan untuk tak terlalu lama ketika merebus sarang semut. Tujuannya agar flavonoid yang dikandung tidak rusak. Kalau dilakukan perebusan pada suhu 90oC hanya boleh 15 menit, ujarnya.

Mengenai kandungan flavonoid dan tanin, Prof Dr Elin Yulinah Sukandar, guru besar Farmasi ITB mengatakan, sulit menganalisis lantaran tergantung senyawa yang diikat. Flavonoid dan tanin terdiri atas banyak senyawa. Bentuknya bervariasi, masing-masing mempunyai fungsi tersendiri, dari antioksidan, antialergi, sampai antibakteri, kata doktor Farmakologi itu. Hingga tulisan ini diturunkan, Muhammad Ahkam masih menguji elusidasi untuk mengetahui jenis tanin dan flavonoid.

Masih ada kegunaan lain flavonoid: meningkatkan air susu ibu. Menurut ahli gizi Institut Pertanian Bogor, Ahmad Sulaeman PhD, flavonoid bersifat laktagogal yang mengandung hormon penting untuk merangsang dan melancarkan air susu ibu. Itulah yang dialami oleh Tri Wayat Turyanti (34 tahun) saat melahirkan bayi kembar 4 tahun lalu. Produksi ASI-nya tak mencukupi kebutuhan Ari Tegar Pambudi dan Ario Pangestu-nama kedua bocah kembar itu. Namun, 2 pekan setelah melahirkan ia rutin minum rebusan sarang semut produksi ASI berlimpah. Perempuan kelahiran Jayapura 24 Oktober 1971 itu juga merasa lebih fit dan tak mudah lelah.

Di samping itu nongon-sebutan sarang semut di Lembah Baliem-juga mengandung tokoferol. Tokoferol mirip vitamin E yang berefek antioksidan efektif. Menurut Prof Dr Elin Yulinah Sukandar, guru besar Farmasi ITB, kandungan tokoferol itu cukup tinggi. Tokoferol berfungsi sebagai antioksidan dan antikanker. Ia menangkal serangan radikal bebas dengan cara antidegeneratif, katanya.

Senyawa kaya vitamin E itu juga berfaedah sebagai antipenuaan. Bila kita mengkonsumsi banyak lemak dan radikal bebas, dengan adanya tokoferol akan mengatasinya, ujar ahli Ahmad Sulaeman PhD. Doktor ahli nutrisi alumnus University of Nebraska Lincoln itu mengungkapkan, peran vitamin E bagi kesehatan amat vital. Ia mencegah asam lemak tak jenuh, komponen sel membran dari oksidasi oleh radikal bebas.

Tingginya peroksidasi komponen itu memicu serangan penyakit degeneratif seperti beragam kanker, diabetes mellitus, dan jantung. Nah, tokoferol dalam sarang semut mencegah terjadinya peroksidasi alias menekan serangan penyakit. Kebutuhan tokoferol pria dewasa 15 mg per hari. Dari konsumsi sarang semut itu saja sudah tercukupi, berlebih malah. Apakah justru berdampak buruk? Ahmad Sulaeman mengatakan, konsumsi tokoferol berlebih tetap aman. Bahkan bila dosisnya sampai 800 mg per hari juga masih aman, ujar dosen Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga IPB itu.

Sulaeman mengatakan, sarang semut berfaedah sebagai pangan fungsional. Maksudnya, memberikan nilai gizi sekaligus bermanfaat bagi kesehatan. Contoh, kandungan kalium berguna bagi penderita hipertensi. Karbohidrat terdiri atas pati dan serat yang bermanfaat mencegah serangan jantung koroner dan kardiovaskuler.

Pulih kembali

Riset ilmiah lain juga dilakukan oleh Muhammad Ahkam Subroto untuk menjamin keamanan konsumen sarang semut. Penghujung Maret 2006 ia menguji tingkat keamanan konsumsi sarang semut. Ekstrak air tumbuhan obat itu diberikan kepada 3 kelompok mencit; 1 kelompok lain, kontrol-tak diberi ekstrak. Setiap kelompok mencit terdiri atas 10 ekor masing-masing 5 jantan dan betina berumur 3 bulan serta berbobot 16 gram.

Delapan jam setelah dipuasakan, 3 kelompok mencit diberi ekstrak sarang semut dengan dosis 7,5 mikroliter untuk kelompok I, 75 mikroliter (II), dan 750 mikroliter (III). Ekstrak diberikan secara oral. Jika dikonversi pada manusia berbobot 50 kg, dosis 7,5 mikroliter setara 30 sendok makan. Dosis percobaan lazimnya hanya 2 g. Dosisnya memang dilipatgandakan untuk mengetahui tingkat keracunan, ujar doktor alumnus University of New South Wales Sydney, Australia.

Hasilnya? Hingga hari ke-5, pemberian ekstrak sarang semut untuk semua dosis belum mempengaruhi kinerja ginjal, hati, jantung, limpa, organ reproduksi, dan paru. Artinya, ke-6 organ itu masih berfungsi normal. Pada hari ke-12 organ mencit kelompok I dan II tak ada perubahan bila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Namun, ginjal kelompok III terjadi degenerasi dan lisis pada sel epitel tubuli.

Sedangkan ginjal kelompok I dan II baru mengalami degenerasi pada hari ke-19. Pada hari yang sama, hati semua kelompok melemak. Hanya 2 organ itulah yang mengalami gangguan; 4 organ lain, tetap berfungsi dengan baik. Yang menggembirakan kerusakan ginjal dan hati bersifat reversibel alias pulih kembali pada hari ke-23. Itu berarti daya tahan sel sudah beradaptasi.

Aman

Riset itu membuktikan, konsumsi 3 kali 1 sendok makan lokon-sebutan sarang semut di Wamena-per hari masih sangat aman. Soal keamanan juga ditindaklanjuti Ahkam melalui uji toksisitas kronis. Satwa pengerat kembali menjadi kelinci percobaan. Mereka dibagi dalam 2 kelompok, masing-masing terdiri atas 5 jantan dan 5 betina. Kelompok A diberi 1.500 mikroliter; kelompok B, 3.000 mikroliter ekstrak air sarang semut.

Meski dosis ditingkatkan hingga 400 kali, 3 pekan berselang tak seekor Mus cervicolor pun meregang nyawa. Anggota bangsa Rodentia itu sehat walafiat. Itulah sebabnya uji toksisitas akhirnya dihentikan. LD50 (lethal dosage, dosis mematikan, red) tak ditemukan. Jadi rupanya dengan konsentrasi 400 kali belum cukup toksik untuk mematikan. Itu berita bagus, walau kita mungkin harus cari sampai dosis ditingkatkan 1.000 kali. Namun, dosis itu kan sudah keterlaluan, ngga mungkin orang konsumsi sampai satu kilo, ujar ahli peneliti utama LIPI itu.

Ahkam menyimpulkan, angka LD50 sarang semut amat tinggi sehingga keamanan konsumen terlindungi. Menurut Prof Dr Sumali kriteria obat yang bagus jika dosis efektif berjauhan dengan LD50. Harap mafhum, konsumsi herbal umumnya tanpa pengawasan dokter. Makin tinggi hasil toksisitasnya makin bagus sebagai obat, kata Sumali. Bandingkan dengan kemoterapi, misalnya, yang dosis mematikannya hanya 10 kali, sementara sarang semut, dosis hingga 400 kali pun belum terjadi kematian.

Dengan temuan riset itu keselamatan konsumen sarang semut memang terjaga. Selain itu konsumen juga mempunyai banyak pilihan obat untuk menanggulangi gempuran beragam penyakit. Sekadar menyebut contoh ada minyak buah merah, virgin coconut oil alias minyak kelapa murni, dan sarang semut. Konsumen tak perlu pening memilih penyembuh. Sebab, masing-masing mempunyai pemanfaatan berbeda.

Riset ilimiah yang dilakukan berbagai pihak memang baru langkah awal untuk menyibak misteri sarang semut. Sehendep-sebutan sarang semut di suku Yali-mesti melewati beragam uji lain seperti uji in vivo dan uji klinis untuk membuktikan keampuhannya sebagai panasea alias obat beragam penyakit. Uji in vitro saja belum cukup lantaran, Uji in vitro belum menjamin keberhasilan in vivo. Banyak faktor seperti hormon dan mekanisme kerja tubuh lain yang berpengaruh, ujar Japaries. (Sardi Duryatmo/Peliput: Dian Adijaya, Imam Wiguna, Syalita Fawnia, & Vina Fitriani)

OBAT ALTERNATIF: SARANG SEMUT PENAKLUK PENYAKIT MAUT
Oleh: M. Ahkam Subroto

Papua merupakan salah satu daerah di Indonesia yang kaya akan keanekaragaman hayati, termasuk tanaman obat. Beberapa tanaman obat asal Papua telah menyedot perhatian banyak kalangan, baik kalangan medis konvensional maupun kalangan pengobatan komplementer dan alternatif, termasuk di antaranya adalah mahkota dewa yang populer pada awal 2000, buah merah 2004 dan keben 2005. Kini herbal-herbal tersebut masih terus dibicarakan dan digunakan oleh masyarakat luas. Khasiatnya mulai pula diakui di luar negeri.

Awal 2006 kami telah memperkenalkan satu herbal lagi dari Papua yang juga mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat luas, yaitu tumbuhan sarang semut. Sarang semut memiliki banyak khasiat untuk pengobatan berbagai penyakit, mulai dari yang ringan seperti mimisan, maag, asam urat dan wasir hingga penyakit-penyakit berat seperti tumor, kanker, TBC dan jantung koroner. Selain itu, tumbuhan ini dapat meningkatkan dan memperlancar produksi air susu ibu (ASI) dan memulihkan kesehatan wanita setelah persalinan, meningkatkan stamina dan sebagai afrodisiak (meningkatkan gairah seksual).

Mengenal Tumbuhan Sarang Semut

Sarang semut yang telah dikenal oleh masyarakat luas adalah sarang semut berupa lubang-lubang di tanah, bangunan atau daun-daun di pohon yang dibuat sendiri oleh koloni semut tertentu, bisa semut merah, rangkang, semut hitam, atau semut putih. Namun yang dimaksud di sini bukan sarang semut seperti itu, melainkan tumbuhan epifit yang menempel di pohon-pohon besar yang batang bagian bawahnya menggelembung berisi rongga-rongga yang disediakan sebagai sarang semut jenis tertentu.

Sarang semut merupakan tumbuhan dari Hydnophytinae (Rubiaceae) yang berasosiasi dengan semut. Tumbuhan ini bersifat epifit, artinya menempel pada tumbuhan lain, tidak hidup secara parasit pada inangnya tetapi hanya memanfaatkannya untuk menempel. Contoh epifit lain yang lazim dijumpai hidup di pohon adalah lumut kerak, lumut, alga, tumbuhan perambat dan anggrek. Sebenarnya ada 5 genus sarang semut dari famili Rubiaceae, namun hanya genus Hydnophytum dan Myrmecodia yang paling dekat berasosiasi dengan semut. Genus sarang semut tersebut dibagi menjadi beberapa spesies berdasarkan struktur umbinya. Hydnophytum terdiri dari 45 spesies dan Myrmecodia 26 spesies. Semua spesies dari tumbuhan ini memiliki batang menggelembung yang berongga-rongga menyerupai buah yang umumnya dihuni oleh semut.

Penyebaran sarang semut mulai dari Semenanjung Malaysia hingga Filipina, Kamboja, Sumatera, Kalimantan, Jawa, Papua, Papua Nugini, Cape York hingga Kepulauan Solomon. Di Propinsi Papua, tumbuhan sarang semut dapat dijumpai terutama di daerah Pegunungan Tengah, yaitu di hutan belantara Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Puncak Jaya, Kabupaten Pegunungan Bintang dan Kabupaten Paniai. Keanekaragaman terbesar dari sarang semut ditemukan di pulau Papua dimana spesies dataran tingginya adalah lokal spesifik.

Secara ekologi, sarang semut tersebar dari hutan bakau dan pohon-pohon di pinggir pantai hingga ketinggian 2400 m. Sarang semut paling banyak ditemukan di padang rumput dan jarang ditemukan di hutan tropis dataran rendah, namun lebih banyak ditemukan di hutan dan daerah pertanian terbuka dengan ketinggian sekitar 600 m. Ia banyak ditemukan menempel pada beberapa pohon, umumnya di pohon kayu putih, cemara gunung, kaha, dan pohon beech, tetapi jarang pada pohon-pohon dengan batang halus dan rapuh seperti Eucalyptus. Sarang semut juga tumbuh pada dataran tanpa pohon dengan nutrisi rendah dan di atas ketinggian pohon. Di habitat liarnya sarang semut dihuni oleh beragam jenis semut dan seringkali oleh tiga spesies dari genus Iridomyrmex. Identifikasi yang kami lakukan terhadap sarang semut Myrmecodia pendens menunjukkan bahwa tumbuhan ini dihuni oleh koloni semut dari jenis Ochetellus sp.

Pengetahuan Tradisional Sarang Semut

Dari literatur tercatat hanya ada 1 spesies Hydnophytum dan 1 spesies Myrmecodia yang digunakan sebagai bahan obat oleh penduduk lokal suatu daerah tertentu di Asia Tenggara, yaitu Hydnophytum formicarum Jack dan Myrmecodia tuberosa Jack. Di Indonesia, H. formicarum yang di Jawa disebut urek-urek polo bentuk pastanya digunakan untuk mengobati pembengkakan, sakit kepala dan rematik. Sedangkan air rebusannya digunakan untuk mengobati hernia dan maag. Di Filipina, air rebusannya digunakan untuk mengobati liver dan masalah pencernaan. Di Thailand, serbuknya digunakan untuk antelmintik (obat cacing), tonik jantung, penyakit tulang, penyakit kulit, penyakit paru-paru, sakit di persendian dan sebagai bahan campuran untuk obat antidiabetes. Di Malaysia, air rebusannya digunakan untuk mengobati kanker. Di Vietnam, tumbuhan ini digunakan untuk mengobati hepatitis, rematik dan diare.

Di Indonesia pasta dari spesies M. tuberosa, disebut rumah semut, digunakan untuk mengobati pembengkakan dan sakit kepala. Selain itu, spesies lain M. pendans juga digunakan secara tradisional oleh penduduk lokal tertentu di Papua untuk menyembuhkan beragam gangguan kesehatan, namun tidak jelas jenis-jenis penyakit yang dapat disembuhkan dengan sarang semut jenis ini. Berdasarkan pengetahuan tradisional inilah akhirnya kami sejak tahun 2002 mulai mengembangkan dan mempopulerkan sarang semut jenis ini sebagai obat beragam penyakit seperti tumor/kanker, jantung koroner, wasir, stroke, rematik, gangguan prostat, dll. Serangkaian penelitian ilmiah telah kami lakukan di LIPI untuk mengungkap khasiat sarang semut ini.

Kandungan Senyawa Aktif

Analisis kimia dari sarang semut menunjukkan bahwa tumbuhan ini terutama mengandung senyawa-senyawa kimia dari golongan flavonoid dan tanin. Flavonoid merupakan golongan senyawa bahan alam dari senyawa fenolik yang banyak merupakan pigmen tumbuhan. Saat ini lebih dari 6000 senyawa yang berbeda masuk ke dalam golongan flavonoid. Flavonoid merupakan bagian penting dari diet kita karena banyak manfaatnya bagi kesehatan. Fungsi kebanyakan flavonoid dalam tubuh kita adalah sebagai antioksidan. Manfaat flavonoid antara lain adalah untuk melindungi struktur sel, memiliki hubungan sinergis dengan vitamin C (meningkatkan efektivitas vitamin C), antiinflamasi, mencegah keropos tulang dan sebagai antibiotik. Dalam banyak kasus flavonoid dapat berperan secara langsung sebagai antibiotik dengan mengganggu fungsi dari mikroorganisme seperti bakteri atau virus. Fungsi flavonoid sebagai antivirus telah banyak dipublikasikan, termasuk untuk virus HIV (AIDS) dan virus herpes. Selain itu, flavonoid juga dilaporkan berperan dalam pencegahan dan pengobatan beberapa penyakit lain seperti asma, kataraks, diabetes, encok/rematik, migren, wasir, dan periodontitis (radang jaringan ikat penyangga akar gigi). Kemampuan sarang semut untuk pengobatan berbagai jenis kanker/tumor, TBC, dan encok/rematik berkaitan erat dengan kandungan flavonoidnya.

Tanin merupakan astringen, polifenol tanaman rasa pahit yang dapat mengikat dan mengendapkan protein. Umumnya tanin dikenal digunakan untuk penyamakan kulit, namun tanin juga banyak aplikasinya di bidang pengobatan, misalnya untuk pengobatan diare, hemostatik (menghentikan perdarahan), dan wasir. Kemampuan sarang semut untuk pengobatan wasir dan mimisan berkaitan erat dengan kandungan taninnya.

Selain itu, sarang semut kaya akan antioksidan tokoferol (vitamin E) dan beberapa mineral penting untuk tubuh seperti kalsium, natrium, kalium, seng, besi, fosfor dan magnesium.

Di dalam sistem metabolisme tubuh, kalsium berfungsi dalam kerja jantung, impuls syaraf, dan pembekuan darah. Besi berfungsi dalam pembentukan hemoglobin, transpor oksigen, aktivator enzim. Fosfor berfungsi dalam penyerapan kalsium dan produksi energi. Natrium memiliki peranan dalam kesetimbangan elektrolit, volume cairan tubuh dan impuls syaraf. Kalium berfungsi dalam ritme jantung, impuls syaraf dan kesetimbangan asam-basa. Seng memiliki fungsi dalam sintesis protein, fungsi seksual, penyimpanan insulin, metabolisme karbohidrat dan penyembuhan luka. Sedangkan magnesium memiliki peranan dalam fungsi tulang, hati, otot, transfer air intraseluler, kesetimbangan basa dan aktivitas neuromuskuler. Fungsi-fungsi mineral di atas dapat menjelaskan beberapa khasiat lain dari sarang semut, misalnya dalam membantu mengatasi berbagai macam penyakit/gangguan jantung, melancarkan haid dan mengobati keputihan, melancarkan peredaran darah, mengobati migraen (sakit kepala sebelah), gangguan fungsi ginjal dan prostat, memulihkan kesegaran dan stamina tubuh, dan memulihkan gairah seksual.

Aktivitas Farmakologi Sarang Semut

Di beberapa negara ASEAN seperti Malaysia, Thailand dan Vietnam, riset sarang semut dari jenis H. formicarum telah mulai dilakukan sejak 5 tahun yl, terutama yang berkaitan dengan evaluasi toksisitas, antioksidan dan antikanker. Sejauh ini telah dilaporkan bahwa ekstrak metanol, metanol:air (1:1), dan air dari H. formicarum telah terbukti dapat menghambat pertumbuhan beberapa jenis sel tumor dan kanker secara in vitro dengan aktivitas yang cukup tinggi. Salah satu mekanisme yang telah terungkap adalah induksi apoptosis yang ditunjukkan dengan adanya perubahan morfologi dan fragmentasi DNA.

Ekstrak etanol dari H. formicarum juga dilaporkan mengandung senyawa aktif inhibitor histone deacetylase (HDAC) yang memiliki aktivitas antikanker yang efektif. Inhibitor HDAC merupakan kelas senyawa aktif yang saat ini tengah diuji klinis sebagai antikanker. Inhibitor HDAC telah dibuktikan dapat menghambat pertumbuhan sel tumor, menginduksi diferensiasi dan menyebabkan kematian sel apoptotik dari sel-sel kanker payudara, paru-paru, indung telur, prostat dan usus. Diduga inhibitor HDAC menyebabkan aktivasi transkripsional dari beberapa gen yang ekspresinya menyebabkan penghambatan pertumbuhan tumor.

Ekstrak air dan kloroform dari H. formicarum telah dilaporkan pula memiliki aktivitas antioksidan yang kuat melalui uji radikal bebas 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH) dengan konsentrasi penghambatan (IC50) masing-masing sebesar 32,95 mg/ml dan 39,1 mg/ml. Satu senyawa murni yang telah berhasil diisolasi dari ekstrak heksana H. formicarum adalah stigmasterol yang memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker payudara dan sel kanker nasofaring dengan nilai LC50 sebesar 87,7 dan 34,3 mg/ml.

Multi khasiat sarang semut jenis M. pendans diduga kuat berkaitan dengan kandungan senyawa aktifnya, terutama dari golongan flavonoid, tanin, tokoferol, multi-mineral (Ca, Na, K, P, Zn, Fe, Mg) dan polisakarida. Ekstrak etanol dari M. pendans memiliki aktivitas antioksidan sedang dengan IC50 sebesar 48,6 mg/ml. Ekstrak yang sama memiliki aktivitas pula sebagai inhibitor xanthine oxidase (anti asam urat) yang setara dengan allopurinol pada konsentrasi 200 mg/ml. Uji toksisitas yang telah dilakukan terhadap ekstrak air M. pendans menunjukkan bahwa konsumsi sarang semut pada dosis 3 x 1 sendok makan (dosis yang lazim dikonsumsi) masih tergolong aman. Senyawa murni yang telah berhasil diisolasi adalah dari golongan steroid/terpenoid dan flavonoid glikosida.

Cara Pemanfaatan untuk Pengobatan Alternatif

Saat ini ada 2 bentuk produk sarang semut yang beredar di pasaran, yaitu serbuk kering dan kapsul ekstrak air. Cara pemakaian untuk serbuk sarang semut adalah sebagai berikut: (1) Tuangkan satu sendok makan penuh (sekitar 10 g) bubuk tersebut ke dalam panci yang terbuat dari stainless steel (jangan menggunakan panci aluminium, bisa bocor) berisi kurang lebih 500 ml air (2 gelas); (2) Masak bubuk tersebut sampai mendidih, api dikecilkan sambil diaduk sesekali selama sekitar 15 menit (2 gelas air menjadi 1 gelas); (3) Dinginkan hasil rebusan tersebut; (4) Saring air hasil rebusan tersebut dan air hasil rebusan tersebut siap diminum.

Secara umum, anak-anak usia di bawah 10 tahun diberi minum setengah takaran dewasa dengan dosis penggunaannya adalah: a). untuk penyembuhan: minumlah air hasil rebusan tersebut secara teratur 2-3 kali sehari hingga sembuh dan setiap takaran obat hanya untuk satu kali pemakaian; b). untuk pencegahan: dapat diminum secara teratur 1-2 kali seminggu agar tetap sehat dan bugar. Sedangkan untuk sediaan dalam bentuk kapsul (@500 mg), dosis pengobatan untuk setiap penyakit pada umumnya 1-2 kapsul sekali minum, 3x sehari, untuk meningkatkan ASI 2 x 1 kapsul sehari dan untuk stamina, 2 x 1 kapsul sehari.

Sebagai penutup perlu ditekankan di sini bahwa dari sekian banyak spesies sarang semut yang ada, hanya ada 3 spesies yang berkhasiat obat sesuai dengan pengetahuan tradisional penduduk lokal di Asia Tenggara, yaitu H. formicarum, M. tuberosa dan M. pendans. Karena itu, demi keamanan pemakaian disarankan agar masyarakat bersikap berhati-hati dalam memilih jenis sarang semut yang tepat untuk pengobatan.

No comments:

Post a Comment

LinkWithin